Juni 2016

Sabtu, 25 Juni 2016

Kalau Saya Menyembah Pohon, Anda Mau Apa?


Konon, Komunitas Eden akhirnya gagal mendaratkan UFO di Monas karena rumitnya birokrasi di Indonesia. Padahal tak tanggung-tanggung, komunitas ini sudah menyurati Presiden Jokowi dan Presiden Obama.
Apa yang menarik dari kasus UFO ini? Bagi saya, yang menarik justru bukan pada seriusnya komunitas ini mengurus izin pendaratan UFO di Monas. Bukan pula pada tidak seriusnya para penerima surat menanggapinya. Ada hal lain di atas itu semua.
Yang menarik bin penting adalah respons kaum beragama terhadap Surat Eden itu. Sebagian orang teriak-teriak minta polisi menangkap Ibu Lia dan kawan-kawan, karena dianggap “meresahkan” publik. Sebagian lain nyinyir dan membuli Komunitas Eden sebagai kelompok irasional yang mimpi di siang bolong, sambil menepuk dada dan berbangga karena merasa agamanya sendiri adalah agama yang rasional. Namun sebagian lain setengah serius mendesak Jokowi untuk memberikan selembar surat izin dan menyiapkan lapangan Monas untuk pendaratan UFO tersebut. Siapa tahu Lia Eden benar.
Nah, di situlah letak pentingnya Surat Eden: untuk menguji cara beragama kita dan cara kita memperlakukan keyakinan orang lain.
Baiklah, saya hendak bertanya beberapa hal kepada Anda, para Eden haters.
Apakah beragama harus rasional? Tengoklah ke dalam diri Anda, agama Anda. Ketahuilah, tak ada satu agamapun di dunia ini yang tak mengandung irasionalitas. Pada titik tertentu, perbandingan antar agama adalah perbandingan antar elemen-elemen irasional, antara mitos-mitos. Kesenjangan antara dunia saintifik dan dunia agama membuktikan itu.
Meski demikian, justru kesimpulan para saintis bahwa sejauh ini sains hanya mampu menjawab nol koma sekian persen saja dari misteri alam raya ini, membuat agama masih dibutuhkan. Ini karena agama menyediakan jawaban spekulatif atas misteri yang belum saatnya terpecahkan.
Apakah Lia Eden patut diseret ke penjara? Sudah dua kali ia dipenjara karena keyakinannya. Dan ini adalah keputusan pengadilan yang layak dicatat dengan noda hitam. Ya, memenjarakan orang karena keyakinannya adalah absurd. Karena kalau pengadilan yang memutus perkara itu konsisten, para penganut agama kita keluar-masuk penjara dengan mudah.
Kalau mau diusut, setiap agama tentu saja menodai agama yang lain. Setiap agama mengandung negasi terhadap kebenaran agama lain. Seberapa besar kadar noda dan kadar negasi itu, bisa kita perdebatkan kemudian.
Pertanyaan berikutnya: apakah setelah dipenjara, Lia Eden otomatis merevisi keyakinannya? Tentu tidak, kan sudah minum Combantrin. Buktinya ia dipenjara lagi untuk kedua kalinya. Setelah pemenjaraan kedua itu? Tidak juga. Buktinya ia masih menyebarkan ajaran kepada para pengikutnya, dan nyaris mendarat UFO di Monas.
Nah, ini dia absurditas berikutnya; ketika kita memenjara orang karena sesuatu yang ada di pikirannya.
Kalau Lia Eden terus meyakini sesuatu yang di luar nalar dan kepercayaan Anda, Anda mau apa? Bisa apa? Kalau Ahmad Mosaddeq meyakini bahwa ia adalah utusan Tuhan, Anda mau apa? Apakah Anda bisa menjamin isi pikiran dia berubah ketika dipaksa menandatangani pertobatan di atas kertas? Lagipula, beragama kok insecure betul, kalau Anda memeluk teguh agama Anda dan yakin bahwa itu jalan yang benar tentu tidak perlu terganggu sama sekali dengan klaim Mosaddeq.
Kalau saya menyembah pohon karena dalam keyakinan saya pohon adalah representasi Tuhan di bumi, Anda mau Apa? Anda merasa terganggu lalu menebang pohon yang saya sembah sambil berteriak, “Telah kubunuh Tuhanmu,” begitu? Jika demikian, sayalah yang akan melaporkan Anda karena telah melecehkan keyakinan saya, menodai agama saya. Anda telah melakukan blasfemi alias penistaan agama, maka Anda pantas dipenjara.

William Shakespeare


 William Shakespeare adalah seorang penulis inggris yang seringkali disebut orang sebagai salah satu sastrawan terbesar inggris. Ia menulis sekitar 38 sandiwara tragedi, komedi, sejarah dan 154 sonata, 2puisi naratif, dan puisi-puisi yang lain. Ia menulis antara tahun 1585 dan 1613 dan karyanya telah diterjemahkan di hampir semua bahasa hidup di dunia dan dipentaskan di panggung lebih daripada semua penulis sandiwara yang lain.
Shakespeare tidak mengikuti jejak ayahnya. Pada zaman itu, sekolah umum baru dimulai di Inggris. Sebelumnya, hampir semua anak tidak tahu cara membaca dan menulis, mereka hanya belajar suatu keterampilan atau bertani. Shakespeare pergi ke salah satu sekolah umum yang baru ini. Ia belajar latin yang merupakan bahasa semua kaum terpelajar, tidak peduli dari negara mana mereka berasal. Dari london ke lisbon, dari alexandria ke konstaninopel, dari tunis ke yerusalem, semua orang terpelajar berbicara Latin dan bahasa ibu mereka. Semua dokumen penting, baik dokumen negara, gereja, atau perdagangan, ditulis menggunakan Latin.
Shakespeare juga mempelajari karya-karya para penulis dan filosofer dari Yunani Kuno dan Romawi. Lebih dari 100 tahun berlalu sejak Johannes Gutenberg memperkenalkan percetakan ke Eropa pada tahun 1457. Shakespeare dan orang Inggris lain yang dapat membaca dan mampu membeli buku-buku menjadi akrab dengan kisah-kisah dari berbagai tempat seperti Italia, Perancis, Asia Minor, dan Afrika Utara. Beberapa kisah-kisah ini menjadi dasar cerita-cerita terbesar Shakespeare.
Contohnya, The Golden Ass karya Apuleise, sebuah kisah kuno dari Afrika Utara, kemungkinan merupakan kisah yang menginspirasikan Impian di Tengah Musim. Shakespeare meminjam cerita untuk Romeo dan Juliet dari seorang penulis Inggris lain, yang mendapatkannya dari seorang penulis Perancis, yang menerjemahkannya dari kisah abad ke-16 oleh Luigi da Porta dari Italia yang bersumpah bahwa cerita tersebut adalah berdasarkan cerita nyata.
Sistem kelas pada zaman Shakespeare dapat saja sudah memiliki susunan-susunan, namun hal tersebut tidak statis. Orang-orang mulai berpikir tentang mereka sendiri. Shakespeare hidup di zaman Renaisans yang berarti "kelahiran kembali" yang terjadi pada abad ke-15 hingga abad ke-17 di Eropa.
Renaisans Eropa menghidupkan kembali pembelajaran klasik. Pada zaman tersebut terdapat gerakan kebangkitan minat terhadap seni, musik, dan arsitektur. Suatu dunia yang tua dan stagnan tiba-tiba berubah menjadi hidup dan vibran. Meskipun hampir semua orang percaya bahwa susunan matahari, bulan, bintang, dan planet memengaruhi nasib mereka, beberapa orang mulai mengubah cara berpikir mereka tentang diri mereka dan dunia yang mereka tinggali. Mereka mulai memahami kekuasaan dan posisi pemerintahan diciptakan oleh manusia, bukan ditentukan oleh Tuhan sejak lahirnya. Mereka menyadari bahwa kekristenan bukanlah satu-satunya agama di dunia. Dan karena banyak di antara mereka mulai dapat membaca, maka banyak juga yang tidak ingin tinggal di kelas sosial tempat mereka dilahirkan. Banyak petualang Renaisans menggunakan cara mereka sendiri-sendiri untuk mencari rezeki dan mengembangkan kehidupan mereka. Shakespeare adalah salah satu dari orang-orang tersebut.
Pada awal 1590-an, William Shakepseare mengokohkan dirinya sebagai seorang penulis sandiwara dan aktor di London. Selain itu, ia juga memiliki bagian dari rumah sandiwara tempat ia dan teman-temannya bermain. Itu mungkin adalah sumber penghasilannya. Shakespeare menikahi Anne Hathaway, yang delapan tahun lebih tua darinya, pada tanggal 28 November 1582 di Temple Grafton, dekat Stratford. Anne kala itu hamil tiga bulan. Bersama-sama mereka dikaruniai tiga anak: Susanna, dan si kembar Hamnet dan Judith. Istri dan ketiga anaknya tinggal di Stratford, dan kemungkinan besar Shakespeare pergi mengunjungi mereka setahun sekali.
Pada tahun 1596 Hamnet meninggal dunia. Karena kemiripan nama, banyak orang berpikir bahwa hal ini mengilhaminya untuk menulis The Tragical History of Hamlet, Prince of Denmark.

Shakespeare menjadi orang teater yang sangat terkenal, sangat populer, dan sangat kaya. Ratu Elizabeth I sangat menyukai karya-karyanya; begitu pula dengan Raja James I, penerusnya. Pada pemerintahan James I, Shakespeare dan kawan-kawan terkenal dengan sebutan "Orang-orang Raja" karena Raja James I adalah pengunjung mereka yang spesial. Sampai saat ini, konon, belum ada satu pun sastrawan yang mampu melampaui kehebatannya. Bahkan, ada yang mengatakan bahwa satu-satunya karya sastra hanyalah karya-karya Shakespeare, selain itu bukanlah karya sastra, melainkan hanya catatan kaki! Terlalu berlebihan, memang, tetapi hal itu menunjukkan betapa Shakespeare adalah sastrawan besar yang berada di kasta paling tinggi. 

Sabtu, 18 Juni 2016

Analisis Potensi Gula Aren dan Proses Pengolahannya


LAPORAN
Analisis Potensi Gula Aren dan Proses Pengolahannya






 











Oleh :
Dika Maulana Santoso
D41140942
Golongan C





JURUSAN MANAJEMEN AGROINDUSTRI
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2016

I. PENDAHULUAN
2.1   Latar Belakang
Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan komoditi perdagangan utama. Gula paling banyak diperdagangkan dalam bentuk kristal sukrosa padat. Gula digunakan untuk mengubah rasa menjadi manis dan keadaan makanan atauminuman. Gula sederhana, seperti glukosa (yang diproduksi dari sukrosa dengan enzim atau hidrolisis asam), menyimpan energi yang akan digunakan oleh sel. Gula sebagai sukrosa diperoleh dari nira tebu, bit gula, atau aren.
Aren atau enau (Arrenga pinnata Merr) adalah salah satu keluarga palma yang memiliki potensi nilai ekonomi yang tinggi dan dapat tumbuh subur di wilayah tropis seperti Indonesia. Tanaman aren bisa tumbuh pada segala macam kondisi tanah, baik tanah berlempung, berkapur maupun berpasir. Namun pohon aren tidak tahan pada tanah yang kadar asamnya terlalu tinggi.
Pohon aren memiliki potensi ekonomi yang tinggi karena hampir semua bagiannya dapat memberikan keuntungan finansial. Buahnya dapat dibuat kolang-kaling yang digemari oleh masyarakat Indonesia pada umumnya. Daunnya dapat digunakan sebagai bahan kerajinan tangan dan bisa juga sebagai atap, sedangkan akarnya dapat dijadikan bahan obat-obatan. Dari batangnya dapat diperoleh ijuk dan lidi yang memiliki nilai ekonomis. Selain itu, batang usia muda dapat diambil sagunya, sedangkan pada usia tua dapat dipakai sebagai bahan furnitur dan nira aren yang berasal dari lengan bunga jantan sebagai bahan untuk produksi gula aren.
Gula aren adalah yang paling besar nilai ekonomisnya. Gula aren atau Gula merah adalah pemanis yang dibuat dari nira yang berasal dari tandan bunga jantan pohon enau. Gula arena biasanya juga diasosiasikan dengan segala jenis gula yang dibuat dari nira, yaitu cairan yang dikeluarkan dari bunga pohon dari keluarga palma, seperti kelapa, aren, dan siwalan.


II. PEMBAHASAN
2.1   Pemanenan Nira
Nira aren diperoleh dengan menyadap tandan bunga jantan yang mulai mekar dan menghamburkan serbuk sari yang berwarna kuning. Tandan ini mula-mula dimemarkan dengan memukul-mukulnya selama beberapa hari, hingga keluar cairan dari dalamnya. Tandan kemudian dipotong dan di ujungnya digantungkan tahang bambu untuk menampung cairan yang menetes. Cairan manis yang diperoleh dinamai nira (alias legen atau saguer), berwarna jernih agak keruh. Nira ini tidak tahan lama, maka tahang yang telah berisi harus segera diambil untuk diolah niranya; biasanya sehari dua kali pengambilan, yakni pagi dan sore.
2.1   Pengolahan Nira Menjadi Gula Aren
2.2.1     Proses Pembuatan Gula Aren Cetak
1.       Nira dituangkan sambil disaring dengan kasa kawat yang dibuat dari bahan tembaga, kemudian diletakkan di atas tunggu perapian untuk segera dipanasi (direbus). Pemanasan ini berlangsung selama 1-3 jam, tergantung banyaknya (volume) nira. Pemanasan tersebut dilakukan sambil mengaduk-aduk nira sampai mendidih.
2.       Buih-buih yang muncul di permukaan nira yang mendidih dibuang, agar dapat diperoleh gula aren yang berwarna tidak terlalu gelap (hitam), kering dan tahan lama. Pemanasan ini diakhiri setelah nira menjadi kental dengan volume sekitar 8%.
3.       Pengadukan dilakukan lebih sering hingga nira aren menjadi pekat. Pada fase ini juga dilakukan pembersihan dari buih dan kotoran halus. Kemudian gula aren dicetak di dalam cetakan dari kayu dengan membersihkan cetakan tersebut terlebih dahulu dengan menggunakan air kapur dan merendamnya dengan air bersih untuk memudahkan pelepasan gula aren nantinya.
2.2.2     Proses Pembuatan Gula Aren Semut (Pasir)
1.       Proses produksi gula semut hampir sama dengan gula cetak, perbedaannya adalah gula aren semut proses pemasakan lebih lama dibandingkan pada gula aren cetak. Setelah nira aren yang dimasak berubah menjadi pekat, api kemudian dikecilkan. Setelah 10 menit, kuali diangkat dari tungku dan dilakukan pengadukan secara perlahan sampai terjadi pengkristalan. 
2.       Setelah terjadi pengkristalan, pengadukan dipercepat hingga terbentuk serbuk kasar. Serbuk yang masih kasar inilah yang disebut dengan gula aren semut setengah jadi dengan kadar air masih di atas 5%. Gula aren semut setengah jadi dihaluskan agar gula kristal yang masih menggumpal menjadi lebih halus.
3.       Setelah itu dilakukan proses penyaringan dengan ukuran mesh antara 15-20 sesuai dengan pesanan.
4.       Gula aren semut yang kaya akan manfaat siap dipacking dan dipasarkan.


2.3   Kandungan Senyawa pada Gula Aren
Gula aren mengandung beberapa unsur kandungan senyawa seperti : vitamin B kompleks, glukosa, garam mineral dan yang paling utama memiliki kadar kalori yang cukup tinggi diselingi dengan kadar glisemik gula terendah yakni 35 GI (Indeks Glisemik). Gula aren yang berasal dari bunga jantan pohon enau atau dikenal dengan nira merupakan penghasil gula terbaik dengan rasa manis yang sangat tajam namun tetap aman dikonsumsi. Saat ini banyak gula biang atau gula buatan yang dicampur dengan bahan pengawet atau bahan senyawa lainnya, sehingga banyak orang tidak menyadari apakah gula yang dikonsumsinya cukup aman atau tidak.
Gula aren cukup aman dikonsumsi dibandingkan dengan gula manis pada umumnya. Gula aren selain memiliki kandungan senyawa alami seperti yang telah disebutkan. Gula aren juga memiliki kandungan nitrogen, klorida (CI), sulfur dan boron yang tidak dimiliki gula pemanis lainnya.
Gula aren memiliki tingkat glisemik yang cukup rendah, ketika mengkonsumsi gula aren, gula tidak secara langsung memecah glukosa dalam darah, namun melepaskan energi secara perlahan sehingga tidak akan terjadi kenaikan atau penurunan kadar gula secara serta merta (tiba-tiba), sehingga tidak perlu merasa khawatir kadar gula dalam darah langsung melonjak tinggi atau rendah. Oleh karenanya gula aren aman dikonsumsi oleh penderita diabetes.
Bahkan dalam sebuah penelitian yang dikemukakan oleh Philippine Food Reseacrh Institute bahwa gula aren memiliki kandung makro nutrient lebih banyak dibandingkan dengan madu dan gula tebu.

2.4   Manfaat Gula Aren
Gula aren termasuk dalam jenis gula pada umumnya. Hanya yang membedakan adalah gula aren memiliki rasa manis yang sangat tajam dibandingkan gula tebu atau yang biasa dikenal sebagai gula pasir. Gula arena dapat digunakan dalam berbagai jenis makanan dan minuman, seperti kopi, teh,, susu, coklat, sereal, bubur kacang ijo dan jenis panganan lainnya.
Gula aren memiliki kandungan gizi yang lebih banyak dibandingkan gula tebu. Gula aren memiliki kandungan kalsium, yang dapat menggantikan produk susu. Gula aren lebih murah dan sehat. Gula arena juga dapat digunakan sebagai gula tebu pengganti diabetes. Meski gula identik sekali dengan penyakit diabetes mellitus. Gula aren memiliki tingkat glisemik yang cukup rendah dibanding dengan gula tebu. Oleh karenanya, gula aren dapat dikonsumsi dengan aman bagi penderita diabetes.
Gula aren dengan tingkat glisemik yang rendah yakni 35 sehingga dengan cepat makanan yang dicampur dengan gula aren berubah menjadi glukosa. Untuk mengetahui tingkat atau nilai glisemik yang dapat dijadikan suatu acuan dalam mengkonsumsi gula berdasarkan Literatur Kesehatan, yakni :
1.       Glisemik tinggi yang diubah menjadi glukosa jika nilai glisemik di atas 70 sangat rawan terhadap serangan diabetes.
2.       Glisemik sedang, jika nilai glisemik berkisar 55-69
3.       Glisemik rendah, jika nilai glisemik di bawah 55. Tingkat glisemik rendah inilah yang aman bagi penderita diabetes.
Tingkat glisemik yang dijelaskan di atas dapat dijadikan suatu acuan ketika seseorang ingin mengkonsumsi gula baik dalam bentuk makanan, minuman atau panganan kecil. Tingkat glisemik yang disarankan untuk dikonsumsi per harinya harus dibawah 55. Namun tak hanya itu, meski glisemik di bawah 55, tetap harus memperhatikan pola hidup yang sehat dengan tetap mengurangi atau membatasi asupan gula setiap harinya.
Makin rendah indeks glisemik, maka makin aman bagi pankreas untuk menghasilkan insulin secara normal. Dalam artian konsumsi gula aren aman bagi penderita diabetes, karena gula aren mengandung tingkat glisemik yang cukup rendah yakni 35. Namun penggunaan gula aren tetap harus dibatasi.


Gula aren memiliki manfaat yang cukup banyak dalam bidang kesehatan, seperti :
1. Meningkatkan sistem imunitas tubuh
2. Gula aren aman bagi penderita diabetes
3. Menurunkan darah tinggi
4. Membantu menurunkan kadar kolesterol dalam darah
5. Membantu mengatasi sakit maag, asam urat dan rematik
6. Mengobati masuk angin
7. Membantu daya ingat dan konsentrasi
8. Mengatasi osteoporosis
9. Membantu dalam meringankan serangan asma
10. Mengatasi gangguan susah tidur
11. Membantu menurunkan tingkat stres
12. Dapat membantu melangsingkan tubuh

Kamis, 16 Juni 2016