Laporan Praktek Minat Usaha
LAPORAN KEWIRAUSAAN
ANALISIS USAHA KULINER
Dika Maulana Santoso
D41140942
Golongan C
JURUSAN MANAJEMEN AGRIBISNIS
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2016
I. PENDAHULUAN
Deskripsi Minat Usaha
Saya mendapatkan ide ini
karena saya mengamati betapa hebatnya potensi yang ada pada usaha lingkup
kuliner ini. Seperti pada laporan analisis peminatan usaha yang pertama, saya
lebih tertarik pada menggabungkan warteg ke dalam suatu badan yang sudah di standarlisasi.
Terlepas dari itu, kita bisa lihat di jember saja, khususnya daerah jl. Jawa.
Betapa ketatnya persaingan warung makan disana, tapi heranya mereka tetap bisa
mempertahankan tempat disana, setiap warung makan memiliki pelanggan
sendiri-sendiri, dan setiap pelanggan punya seleranya sendiri-sendiri. Jadi
kesimpulan dalam usaha ini saya rasa bukan bagaimana kita mengalahkan
kompetitor kita disana. Tapi bagaimana kita mempertahankan dan meningkatkan
kualitas dan kuantitas dari makanan mereka. Saya jadi teringat beberapa kata
yang pernah saya baca di buku ON karya Jamil Azzaini, dalam berkerja kita harus
memiliki vision yang jelas, lalu di implementasikan dalam action yang tepat
sesuai dengan passion yang ada padi diri kita. Kita belajarlah dari sang penakluk,
seorang pelaut ulung tidak diciptakan dari ombak yang tenang dan nyaman, mereka
tercipta lewat badai dan ombak yang besar.
Saya memiliki minat
mendirikan warteg the new era mungkin
sebagian orang atau saya rasa lebih banyak yang menertawakan itu. Tapi saya
yakin sebelum umur saya 47 tahun nanti, saya sudah harus bisa merealisasikan
ide saya ini, kalau pecel lele seperti lele
lela saja sudah bisa go internasional, kenapa warteg tidak? Ya kan? Saya
rasa ide ini tidak buruk-buruk banget, malah bisa dibilang gebrakan heboh. Loh
kok heboh? Gimana tidak heboh, kita sekarang berada pada era berjalanya MEA dan
AFTA, bukankah ini suatu peluang besar untuk bisa go internasional seperti lele
lela.
PROFIL USAHA
1. Deskripsi Usaha
Usaha yang sedang saya
praktekan untuk saat ini adalah usaha warung makan, kenapa saya memilih usaha
ini. Menurut saya, usaha berlatar belakang kuliner tidak akan ada matinya,
terlebih kalau tempat usaha sangat menjanjikan dan strategis, semisal dekat kampus
atau tempat rekreasi. Dalam mempraktekan usaha ini, saya tidak langsung
bergulat pada lingkup usaha secara fisik. Saya menggunakan metode kumpulkan dan
beli. Maksud metode ini adalah saya mencari di kost-kostan saya yang mau makan,
lalu saya membeli ke warung makan. Setelah itu saya menjualnya kembali ke orang
yang di kost tadi, atau bisa di sederhanakan dengan titip beli makan tapi disini tidak hanya titip, saya juga mengambil
keuntungan Rp 500,- untuk setiap nasi yang di titipkan tadi.
2. Cara Transaksi
Cara
transaksi yang saya gunakan adalah dengan menggunakan metode jemput bola,
dengan saya mencari orang yang ingin membeli makan di kost-kostan, lalu setelah
saya beli. Makanan itu saya jual kembali dengan menambahkan laba Rp 500,- untuk
setiap bungkus makanan yang saya jual kembali.
Transaksi saya lakukan 2 kali pada tanggal 2 dan 3
april 2016.
Dengan penjualan pada tanggal 2 adalah 6 bungkus, dan
pada tanggal 3 adalah 3 bungkus. Dari
transaksi tersebut maka saya sudah mendapatkan laba sebesar Rp 4.500,-
Lumayan kan?
TANTANGAN DAN HAMBATAN
Untuk tantangannya saya rasa adalah bagaimana kita untuk
tetap membuat pelanggan setia dan kerasan
dengan produk kita.
Dan untuk hambatan, saya rasa lebih ke kompetitor usaha
sejenis dan harga bahan baku yang kadang-kadang melejit naik.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan dan saran yang
bisa saya ambil lewat praktek usaha ini adalah, bahwa bewirausaha itu
sebenarnya tidaklah sulit kalu usaha yang digeluti tidaklah usaha makro. Kita
hanya perlu memperhatikan kualitas bahan baku, kualitas produk, harga yang
ideal dan lokasi yang strategis.
Apalagi pada usaha
kuliner, rasanya tidak ada matinya usaha pada lingkup ini meski persaingan
dengan para kompetitor tinggi, setiap warung pasti punya pelanggan
sendiri-sendiri dan setiap pelanggan punya seleranya sendiri-sendiri. Yang
terpenting adalah bagaimana untuk tetap mempertahankan karakteristik daya tari
dari warung itu, apakah dari rasa makanan yang menyerupai makanan jawa tengah
yang manis, ataukah karena sambalnya yang pedas, atau karena kuantitas yang
banyak, dan apakah karena harganya yang murah.
0 komentar :
Posting Komentar