Laporan Praktek Minat Usaha

Selasa, 29 Maret 2016

Laporan Praktek Minat Usaha


LAPORAN KEWIRAUSAAN
ANALISIS USAHA KULINER










Dika Maulana Santoso
D41140942
Golongan C






JURUSAN MANAJEMEN AGRIBISNIS
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2016





I. PENDAHULUAN
Deskripsi Minat Usaha
Saya mendapatkan ide ini karena saya mengamati betapa hebatnya potensi yang ada pada usaha lingkup kuliner ini. Seperti pada laporan analisis peminatan usaha yang pertama, saya lebih tertarik pada menggabungkan warteg ke dalam suatu badan yang sudah di standarlisasi. Terlepas dari itu, kita bisa lihat di jember saja, khususnya daerah jl. Jawa. Betapa ketatnya persaingan warung makan disana, tapi heranya mereka tetap bisa mempertahankan tempat disana, setiap warung makan memiliki pelanggan sendiri-sendiri, dan setiap pelanggan punya seleranya sendiri-sendiri. Jadi kesimpulan dalam usaha ini saya rasa bukan bagaimana kita mengalahkan kompetitor kita disana. Tapi bagaimana kita mempertahankan dan meningkatkan kualitas dan kuantitas dari makanan mereka. Saya jadi teringat beberapa kata yang pernah saya baca di buku ON karya Jamil Azzaini, dalam berkerja kita harus memiliki vision yang jelas, lalu di implementasikan dalam action yang tepat sesuai dengan passion yang ada padi diri kita. Kita belajarlah dari sang penakluk, seorang pelaut ulung tidak diciptakan dari ombak yang tenang dan nyaman, mereka tercipta lewat badai dan ombak yang besar.
Saya memiliki minat mendirikan warteg the new era mungkin sebagian orang atau saya rasa lebih banyak yang menertawakan itu. Tapi saya yakin sebelum umur saya 47 tahun nanti, saya sudah harus bisa merealisasikan ide saya ini, kalau pecel lele seperti lele lela saja sudah bisa go internasional, kenapa warteg tidak? Ya kan? Saya rasa ide ini tidak buruk-buruk banget, malah bisa dibilang gebrakan heboh. Loh kok heboh? Gimana tidak heboh, kita sekarang berada pada era berjalanya MEA dan AFTA, bukankah ini suatu peluang besar untuk bisa go internasional seperti lele lela.






PROFIL USAHA

1. Deskripsi Usaha
Usaha yang sedang saya praktekan untuk saat ini adalah usaha warung makan, kenapa saya memilih usaha ini. Menurut saya, usaha berlatar belakang kuliner tidak akan ada matinya, terlebih kalau tempat usaha sangat menjanjikan dan strategis, semisal dekat kampus atau tempat rekreasi. Dalam mempraktekan usaha ini, saya tidak langsung bergulat pada lingkup usaha secara fisik. Saya menggunakan metode kumpulkan dan beli. Maksud metode ini adalah saya mencari di kost-kostan saya yang mau makan, lalu saya membeli ke warung makan. Setelah itu saya menjualnya kembali ke orang yang di kost tadi, atau bisa di sederhanakan dengan titip beli makan tapi disini tidak hanya titip, saya juga mengambil keuntungan Rp 500,- untuk setiap nasi yang di titipkan tadi.
2. Cara Transaksi
            Cara transaksi yang saya gunakan adalah dengan menggunakan metode jemput bola, dengan saya mencari orang yang ingin membeli makan di kost-kostan, lalu setelah saya beli. Makanan itu saya jual kembali dengan menambahkan laba Rp 500,- untuk setiap bungkus makanan yang saya jual kembali.
Transaksi saya lakukan 2 kali pada tanggal 2 dan 3 april 2016.
Dengan penjualan pada tanggal 2 adalah 6 bungkus, dan pada tanggal 3 adalah 3 bungkus.   Dari transaksi tersebut maka saya sudah mendapatkan laba sebesar Rp 4.500,-
Lumayan kan?



TANTANGAN DAN HAMBATAN
            Untuk tantangannya saya rasa adalah bagaimana kita untuk tetap membuat pelanggan setia dan kerasan dengan produk kita.
            Dan untuk hambatan, saya rasa lebih ke kompetitor usaha sejenis dan harga bahan baku yang kadang-kadang melejit naik.



KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan dan saran yang bisa saya ambil lewat praktek usaha ini adalah, bahwa bewirausaha itu sebenarnya tidaklah sulit kalu usaha yang digeluti tidaklah usaha makro. Kita hanya perlu memperhatikan kualitas bahan baku, kualitas produk, harga yang ideal dan lokasi yang strategis.
Apalagi pada usaha kuliner, rasanya tidak ada matinya usaha pada lingkup ini meski persaingan dengan para kompetitor tinggi, setiap warung pasti punya pelanggan sendiri-sendiri dan setiap pelanggan punya seleranya sendiri-sendiri. Yang terpenting adalah bagaimana untuk tetap mempertahankan karakteristik daya tari dari warung itu, apakah dari rasa makanan yang menyerupai makanan jawa tengah yang manis, ataukah karena sambalnya yang pedas, atau karena kuantitas yang banyak, dan apakah karena harganya yang murah.
           






0 komentar :

Posting Komentar